PELITANEWS.CO - Menko Polhukam, Mahfud MD kerap kali memberikan komentar yang mengejutkan tentang berbagai persoalan di Indonesia. Salah sa...
PELITANEWS.CO - Menko Polhukam, Mahfud MD kerap kali memberikan komentar yang mengejutkan tentang berbagai persoalan di Indonesia.
Salah satunya, masalah kasus pembunuhan berencana Brigadir J, yang melibatkan mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo.
Alih-alih mendapat dukungan dari rekan yang lain, Mahfud MD justru mendapat sindiran dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dilansir AyoJakarta.com dari YouTube KOMPASTV pada Senin, (20/2/2023), Mahfud menceritakan awal mula mendapat sindiran dari DPR.
“Ada orang DPR bilang ‘itu apa Menko Polhukam kok jadi komentator, bukan Menteri koordinator’,” kata Mahfud.
Atas komentar yang dilontarkan DPR, Mahfud kembali menyinggung DPR yang diam atas kasus pembunuhan berencana ini.
Terlebih DPR selalu membuka suara terkait berbagai hal.
“Baru saya balik, loh selama ini juga DPR sering ngomong yang kayak gini, kenapa di dalam kasus Sambo ini diam, dalam urusan apapun dia ngomong, teriak, kok yang ini diam, padahal ini serius,” ungkap Mahfud.
Namun ada kabar jika DPR menjawab pertanyaan Mahfud, mereka diam karena tahu posisi, dan menyindir Mahfud tidak tahu posisi, karena terus-terusan buka suara.
Mahfud kembali menegaskan bahwa DPR hanya diam dalam kasus Sambo.
“Ya tidak apa apa kan tugasnya pers bicara kayak gitu, tetapi kalau Anda hitung secara kuantitatif betapa DPR ngomong hampir setiap hari dalam semua hal, tapi dengan kasus Sambo tidak,” jawab Mahfud.
Menjawab sindiran tersebut, Mahfud membongkar fakta lain, bahwa ada berbagai kalangan termasuk pejabat yang dihubungi oleh Ferdy Sambo.
“Maka saya menggunakan dengan fakta lain, yaitu telpon Sambo ke berbagai orang ke berbagai pejabat, ke wartawan, ke lembaga negara agar dikesankan agar saya ini dizalimi,” sebut Mahfud MD.
Tujuan Ferdy Sambo menelpon orang-orang tersebut, termasuk DPR hanya untuk melihat Sambo Nangis.
“Sambo menghubungi banyak orang, ada anggota DPR, ada teman Anda wartawan, kemudian Komnas HAM dipanggil ke kantor sambo, hanya untuk melihat Sambo nangis,” jelas Mahfud.
Menurut pernyataan Mahfud hal itu bukan tuduhan, karena dirinya telah berbicara langsung dengan pihak yang dihubungi Sambo.
“Bukan menuduh, saya sudah konfirmasi, saya panggil, Komnas HAM, Kompolnas saya panggil, tanya saja pada mereka,” kata Mahfud.
“Saya panggil mereka setelah saya pulang dari Makkah, kan tugas saya, kewajiban moral saya, tidak apa apa,” pungkas Mahfud.***
S: AYOJAKARTA.COM