PELITANEWS.CO - Kasus pembunuhan Brigadir J yang didalangi Ferdy Sambo hingga kini masih menjadi sorotan. Setelah Brigadir J tewas dibunuh ...
PELITANEWS.CO - Kasus pembunuhan Brigadir J yang didalangi Ferdy Sambo hingga kini masih menjadi sorotan.
Setelah Brigadir J tewas dibunuh di rumah dinas Ferdy Sambo pada Jumat 8 Juli 2022 lalu, kini memunculkan berbagai pertanyaan, mulai motif hingga hubungan Brigadir J dan Putri Candrawathi.
Saat Ferdy Sambo ditahan hingga polisi masih merahasiakan motif pembunuhan, Putri Candrawathi malah mengaku dilecehkan.
Sebelumnya Putri Candrawathi diduga menangis di depan kamar mandi di rumahnya, di Magelang.
Terkait hal tersebut Kuat Maruf mengaku melihat Putri Candrawathi menangis karena diduga jadi korban dugaan pelecehan.
Namun dari keluarga Brigadir J justru tak terima hingga sebut kemungkinan Putri yang mengejar Brigadir J namun ditolak.
Di sidang kode etik Ferdy Sambo beberapa waktu lalu, Kuat Maruf mengaku melihat Putri Candrawathi menangis dan duduk tergeletak di depan kamar mandi di rumahnya, di Magelang, Jawa Tengah, pada 7 Juli 2022.
Ketua Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi mengatakan Putri Candrawathi menangis karena diduga menjadi korban pemerkosaan Brigadir J.
“Kekerasan seksualnya berbentuk perkosaan atau persetubuhan itu terjadi di sore hari,” katanya dikutip dari Live Update Kompas.com bertajuk Kronologi Versi Putri Candrawathi soal Dugaan Pelecehan yang Dilakukan Brigadir J pada Minggu (4/9/2022).
Sementara itu, bibi Brigadir J, Roslin Simanjuntak menyebut ada kemungkinan Putri Candrawathi lah yang mengejar-ngejar Brigadir J namun ditolak.
Roslin mengutip kisah Nabi Yusuf dan istri Potifar di dalam Al Kitab di Kitab Kejadian Pasal 39.
"Jangan-jangan Ibu PC ini yang menginginkan anak kami, tapi anak kami tidak mau," jelas Roslin, Jumat (2/9/2022).
"Akhirnya saking malunya Bu PC dia menangis, dia berteriak, dan membalikkan fitnah kepada anak kami," ungkapnya.
Roslin lalu meminta agar bukti terjadinya kasus pelecehan seksual dibuka seara transparan.
Ia menyatakan tanpa adanya bukti, pengakuan dari Putri Candrawathi tidak bisa dipercaya.
LPSK Temui Ada Kejanggalan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menilai dugaan pelecehan seksual atau pemerkosaan ke Putri Candrawathi patut dipertanyakan.
Wakil Ketua LPSK, Edwin Partogi Pasaribu mengatakan pelecehan seksual janggal lantaran ada relasi kuasa di sana.
"Makannya kok janggal, karena dua hal yang umumnya terjadi pada kekerasan seksual itu tidak terpenuhi. Pertama soal relasi kuasa karena posisi Yosua adalah bawahan dari ibu PC atau dari FS," papar Edwin, Senin (5/9/2022).
Edwin menyebut pada umumnya, pelaku pelecehan seksual akan mencari tempat yang aman tanpa sepengetahuan orang lain.
Namun, di kasus ini masih ada saksi di rumah kawasan Magelang, yakni KM dan S selaku asisten di rumah.
"Biasanya pelaku memastikan tidak ada saksi, ini peristiwanya di rumah Ibu PC. Di situ ada KM dan ada S, Susi. Jadi terlalu apa ya, nekat ya. Kalau itu terjadi nekat banget ya," ungkap Edwin.
Kejanggalan ketiga, lanjut Edwin, perihal posisi PC yang disebutnya masih bisa memberikan perlawanan.
Selain itu, saat di Magelang disebut PC masih bertanya soal keberadaan Yosua, bahkan Yosua juga menghadap PC di kamarnya.
"Ini kan tergambar di rekonstruksi, bayangkan saja bagaimana kok korban dari kekerasan seksual masih bertanya tentang pelakunya dan masih bisa bertemu dengan pelakunya secara fisik di ruang pribadinya yang merupakan tempat peristiwa dugaan itu," tutur Edwin.
Menurut Edwin, umumnya, korban pelecehan seksual akan mengalami trauma atau depresi untuk bertemu kembali dengan pelaku. Kelima, korban masih berada satu rumah dengan pelaku di tanggal 7 dan 8 Juli.
"Yosua masih tinggal menginap di rumah itu. Itu rumahnya kalau kita pakai pendekatan kekerasan seksual itu rumahnya korban, korban punya kekuasaan, kok korban masih bisa tinggal bersama pelaku," tanyanya.
"Peristiwa terjadi di Magelang, dugaan peristiwa itu, kenapa tidak dilaporkan ke polisi? kalau ini benar, yang jadi korban kan istri Jenderal kalau dia telepon Polres, Polresnya datang. Polisi akan datang ke rumahnya nggak perlu sibuk-sibuk untuk datang ke kantor polisi," sambung Edwin.
Padahal, sambung Edwin, jika korban melaporkan dugaan tersebut ke polisi berpeluang besar mendapatkan bukti yang lebih akurat, yakni terkait dengan visum.
Lebih lanjut, dia pun mempertanyakan posisi Yosua sempat dibawa ke rumah pribadi kawasan Saguling, Jakarta Selatan. kejanggalan selanjutnya adalah hubungan baik yang dimiliki Yosua ke Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi.
"Yosua masih dibawa Ibu PC beserta rombongan ke rumah Saguling, artinya dia masih bisa bersama-sama dengan pelaku, itu uniklah. Ibu PC sudah menganggap Yosua anak, dan mungkin juga sebaliknya Yosua sudah menganggap Ibu PC sebagai ibu, jadi itu keganjilan yang ke-depalan," kata Edwin.
Kejanggalan terakhir, menurut Edwin masih terkait dengan hubungan antara Yosua dengan Putri Candrawathi. Namun, pihaknya belum bisa menjelaskan lantaran tak ingin mendahului penyidik.
"(Kejanggalan) yang kesembilan masih saya tahan dulu. Kami sudah punya informasi tapi kami belum bisa sampaikan karena tidak mau mendahului penyidik," pungkasnya
Pakar Beri Tanggapan Soal Psikologi
Pengamat Psikologi Forensik, Reza Indragiri menyebut terdapat inkonsistensi dari keterangan Putri Candrawathi terkait dugaan kekerasan seksual yang dialaminya.
Sehingga menurutnya, sulit ditakar mana kebenaran dan kepalsuan.
“Dengan segala hormat Putri Candrawathi tampaknya merupakan salah satu pihak yang dalam kasus ini yang bergonta-ganti keterangan, sehingga sulit untuk ditakar mana kebenaran mana kepalsuan,” ungkapnya dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Senin (5/9/2022).
Reza Indragiri mengaku skeptis akan kejujuran dan kelurusan klaim Putri Candrawathi sebagai korban kekerasan seksual.
Namun tetap hal tersebut menjadi tugas kepolisian untuk melakukan investigasi terhadap klaim Putri Candrawathi tersebut.
Sementara itu kalau diamati dari proses rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J tempo hari, belum dapat terlihat adakah kekerasan seksual itu terjadi.
Lantaran dirinya hanya menyaksikan dari video adegan rekonstruksi yang disiarkan oleh media.
Maka praktisnya tidak ada dasar untuk menilai, lanjut Reza Indragiri, apakah masalah kekerasan seksual itu juga direkonstruksikan atau tidak.
“Apakah kekerasan seksual itu sungguh-sungguh ada atau tidak saya tidak bisa menakar dari apa yang saya simak di layar kaca,” lanjutnya.
Lantas apakah mungkin Brigadir J ini melakukan pelecehan seksual terhadap istri seorang jenderal?
Soal dugaan kekerasan seksual tersebut, Komnas Perempuan diketahui menggunakan teori rekasi kuasa.
Menurut Reza, kekerasan seksual dilakukan terhadap pihak yang kuat kepada pihak yang lemah, dilakukan pihak yang dominan terhadap pihak yang submisif, dilakukan pihak yang Superior terhadap pihak yang inferior.
“Dari dua nama tersebut yaitu mendiang Brigadir J dan PC (Putri Candrawathi) kira-kira siapa yang dominan? kira-kira siapa yang berkuasa? kira-kira siapa yang Superior?”
“Menurut saya, seorang Brigadir tampaknya sangat amat sulit mendapatkan posisi atau mendapatkan status sosok yang Superior,” terang Reza.
Sehingga, lanjut Reza Indragiri, andaikan teori relasi kuasa tetap harus diterapkan dalam kasus tersebut, justru dirinya tidak bisa membayangkan kalau Brigadir J sebagai pelaku kekerasan seksual.
S:Tribun Timur