PELITANEWS.CO - Sosok Prajurit TNI, Praka Dwi Miftahul Akhyar yang gugur akibat serangan KKB di Papua merupakan sosok yang baik dan santun....
PELITANEWS.CO - Sosok Prajurit TNI, Praka Dwi Miftahul Akhyar yang gugur akibat serangan KKB di Papua merupakan sosok yang baik dan santun. Penilaian itu tak hanya diungkapkan oleh pihak keluarga namun juga berdasarkan pengakuan dari pihak tetangga.
Bapak Almarhum bernama Sartono mengakui, jika putranya yang masih lajang tersebut sejak kecil merupakan anak yang baik dengan semua orang. “Kalau pulang maupun hendak berangkat tugas selalu pamit dan jabat tangan dengan para tetangga, termasuk dengan keluarga,” ujarnya kepada wartawan.
Sartono menuturkan almarhum belum berencana untuk menikah karena ingin melanjutkan sekolah sebagai seorang tentara. “Dia belum punya pacar. Dia tidak mikir itu, karena maunya hanya ingin sekolah dulu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sartono berharap, insiden serangan KKB ini adalah yang terakhir dan keberadaan KKB segera bisa diselesaikan. “Kepada semua teman dan orang yang kenal dengan almarhum, mohon untuk dimaafkan,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, kakak almarhum bernama Yanta juga mengatakan, almarhum adalah sosok yang santun dan baik hati. Ia menyebut, sejak dua bulan terakhir adiknya kerap memintanya untuk membagikan uang sedekah yang dikirimnya dari Papua untuk keluarga, teman dan beberapa orang yang sakit di Babat.
Bahkan, uang yang ditransfer melalui rekeningnya itu dinilainya teramat sering dan jumlahnya juga cukup banyak. Kebaikan almarhum tersebut, imbuh Yanta, tidak semasa jadi abdi negara saja, tapi sejak almarhum kecil sampai berhasil masuk TNI AL.
“Akhir-akhir ini sering memberi sedekah. Saya sering disuruh untuk menyerahkan,” tandas Yanta sembari mengungkapkan jika adiknya sudah sekitar 8 bulan berada di Papua dan lebaran ini berencana akan pulang.
Sementara itu, tetangga korban bernama Harsono, mengaku salut dengan sikap dan akhlak almarhum. Menurutnya, almarhum kerap tegur sapa dengan tetangga, jabat tangan dan turun dari sepeda motor saat melintas di depan orang tua yang ada di jalan jalur menuju rumahnya.
“Almarhum juga sosok yang ikhlas, bagaimana ia membantu ibunya yang sebagai penjual nasi bungkus,” ujar Harsono.
Tak cukup itu, Harsono juga membeberkan, sejak masih sekolah di SD hingga SMP di Babat, almarhum tak gengsi untuk selalu membantu orang tuanya. Setiap hari, kata Harsono, almarhum tak malu mengantarkan nasi bungkus yang dijual dan dititipkan di sejumlah warung.
“Meski sudah jadi tentara, kalau pulang masih biasa mengantarkan nasi bungkus ke warung-warung,” kata Harsono.
Hal senada juga dikatakan oleh tetangga lainnya bernama Saroh (53). Bagi Saroh, almarhum adalah pribadi yang baik dan memiliki kepekaan sosial yang cukup tinggi. “Orangnya sederhana dan loyal,” ucap Saroh. [riq/but]
S:Beritajatim