PELITANEWS.CO - Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak menilai Gubernur Anies Baswedan melakukan pembohongan publik selama ...
PELITANEWS.CO - Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak menilai Gubernur Anies Baswedan melakukan pembohongan publik selama membangun lintasan Formula E di Kawasan Ancol Jakarta Utara.
Misi green racing yang diunggulkan dalam kompetisi balap mobil listrik ini dinilai gagal karena penggunaan bambu dan kayu menjadi bagian material pembangunan lintasan.
"Penggunaan kayu bambu didatangkan dari Lampung, Palembang artinya Formula E yang digadang-gadang, bukan green race seperti sesumbar Gubernur dan Panitia," kata Gilbert, Kamis (24/2).
Politikus PDIP itu berujar, demi membangun lintasan Formula E, Pemprov DKI mengorbankan daerah lain untuk memangkas vegetasi dalam jumlah yang besar. Sementara, ajang Formula E ini diyakini Gilbert sebagai momentum politik Anies.
Dia kembali mengingatkan kejadian penebangan pohon-pohon di Monumen Nasional (Monas) yang awalnya diperuntukan sebagai sirkuit Formula E. Namun rencana itu tidak terealisasi karena terganjal izin.
"Setelah membabat (pohon-pohon) di Monas, sekarang menggunakan kayu dan bambu untuk Formula E yang mengatakan green racing, sebuah pembohongan publik yang harus jadi catatan serius untuk ambisi politik Anies," kata Gilbert.
Alasan Pemasangan Bambu di Lintasan Formula E
Sebelumnya pihak kontraktor pembangunan lintasan Formula E dari PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk memasang bambu di bawah permukaan tanah berlumpur lintasan Formula E. Dipilih bambu sebagai salah satu material pembangunan, karena keterbatasan waktu.
"Ini kita masalah waktu, kalau kita membuat yang pabrikan seperti beton yang panjang, waktu pabrikasi saja memerlukan waktu, begitu kira-kira," kata pihak kontraktor Ari Wibowo saat meninjau lokasi Formula E di Kawasan Ancol, Jakarta Utara, Rabu (23/2).
Mengingat tidak memiliki waktu cukup untuk mendapatkan bahan pabrikan, Ari mengatakan pihaknya mencari alternatif penopang material yang memiliki kualitas sama. Sebab menurutnya, bambu tahan terhadap air.
Dalam pengerjaan ini, bambu dipasang sebagai rakitan penyangga tanah yang berlumpur.
"Bambu itu tahan terhadap air dan dia bisa dipecah bisa jadi rata bisa diratakan," kata dia.
Untuk mendapatkan bambu-bambu ini, Ari harus mencari bambu ke Palembang dan Lampung. Ia pun menegaskan, pengadaan material penopang pembangunan lintasan bukan hanya soal biaya namun juga batas waktu yang dimiliki.
Ia menyebutkan kontraktor hanya memiliki waktu 54 hari sebelum lintasan dapat dipakai untuk ajang balap mobil listrik itu pada 4 Juni.
"Kita punya masa pelaksanaan 54 hari, bayangkan, 54 hari dengan cuaca seperti ini, sekarang rencana kita progress per harinya adalah 19,69 persen," ungkapnya.
S:Merdeka